Sabtu, 27 Desember 2014
KOMUNIKASI SOSIAL ( KOMSOS )
KOMUNIKASI sosial merupakan istilah khas Gereja Katolik yang muncul pertama kali dalam dokumen Inter Mirifika. Pengertiannya jauh lebih luas dan mendalam dibanding mass communication atau media komunikasi.
Konsep komunikasi sosial mencakup dinamika interaksi dua atau lebih manusia dalam masyarakat. Dalam interaksi itu terjadi pertukaran atau sharing pesan.
“Maka inti atau substansi dari komunikasi adalah sharing message dari pengirim (sender) kepada yang dikirimi (receiver) melalui channel atau media tertentu. Elemen-elemen komunikasi ini kita kenal sebagai elemen konstitutip dari komunikasi,”ujar Ketua Komunikasi Sosial Keuskupan Ruteng, Romo Edy Menory Pr pada workshop bertajuk “Media Sosial Sarana Pewartaan” di Hotel Jayakarta, Labuan Bajo, Flores, Nusa tenggara Barat, Rabu (2/7/2014).
Media, menurut Romo Edy hanya satu elemen dari komunikasi sosial. Elemen penting lainnya adalah pribadi yang berkomunikasi. Inilah yang disebut dengan disposition of communicator. Media komunikasi sendiri hanyalah alat atau sarana bantu dan bukan tujuan.
Kunci penentu yang membuat sarana itu efektif membantu terwujudnya tujuan ada pada komunikator. Bukan ‘gun’-nya tapi ‘man behind the gun’ itu yang menentukan efektifnya tembakan, dengan pengandaian senjata itu masih bekerja dengan baik.
“Karena itu penting ada pendampingan atau formasi untuk membentuk komunikator yang bertanggungjawab. Dalam konteks media, pendidikan media diberikan agar orang bisa menilai, mengkritik media dan kontennya. Dan Kedua, menumbuhkan pengetahuan tentang peran atau manfaat dan dampak media secara terbuka,”ujar Romo Edy.
Komunikasi sosial tidak hanya berkaitan dengan metode dan bentuk ekspresi tetapi juga menyangkut isi yang mau disampaikan atau dihadirkan.
Menurut Romo Edy, kekayaan konsep komunikasi sosial mencakup di dalamnya tema-tema tentang teologi komunikasi, interpersonal communication, intercultural communicaton, mass communication, group communication, public relation, modern means of social communication and traditional means of social communication.
Aneka realitas komunikasi sosial ini pada intinya adalah komunikasi dari, oleh, dan untuk manusia di dalam masyarakat. Kesatuan dan kemajuan atau keselamatan manusia adalah tujuan akhir komunikasi sosial, kata Romo Edy.
Selasa, 23 Desember 2014
SLOGAN PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS BOAWAE
Menyadarkan seseorang dalam melaksanakan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan memang bukan hal gampang, semuanya harus membutuhkan kesadaran dan ketabahan yang prima Hal itu pulah yang pernah dibuat oleh DPP Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae dalam menyadarkan umat untuk mengikuti perayaan ekaristi di gereja setiap hari minggu maupun hari-hari raya..salah satunya adalah memajangkan slogan utnuk umatnya. mudah-mudahan dapat membangkitkan kesadaran umat. Mohonb maaf apabila slogan ini kurang berkenan di hati umat skalian.
PASTORAL KREATIF
PASTORAL KREATIF : MODEL ALTERNATIF
UNTUK MENGGAIRAHKAN IMAN UMAT KATOLIK DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS BOAWAE
Oleh : Jonas KGD Gobang, S.Fil.,M.A.,Dr.can.
Dosen pada Fakultas Ilmu-Ilmu
Sosial Universitas Nusa Nipa Maumere. Pernah Berpraktek Pastoral di Wilayah
Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae, Tahun 1999-2001
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu!” (Mat, 6 : 33).
Sumber
inspirasi tulisan ini adalah Kristus sendiri yang dalam hidup-Nya di dunia ini
juga telah bekerja mewartakan karya keselamatan ilahi. Kristus sendiri bekerja
dalam keyakinan yang sempurna akan kehendak dan kebenaran Allah, menyampaikan
Sabda Allah dengan perkataan, perbuatan dan keteladanan. Karena itu pula sepantasnya
juga orang kristen yakin akan kehendak dan kebenaran Allah dan bernaung dalam
cahaya salib Kristus dan kebangkitan-Nya. Artinya jerih payah dan penderitaan
yang dialami dalam kerja dan kesaksian hidup harus ditanggapi sebagai pemberian
kesempatan untuk mengikuti Kristus lewat penderitaan atau salib yang pada
waktunya akan tiba pada kebangkitan atau kemenangan di dalam Allah.
Kemenangan
di dalam Allah ini dijamin nyata dan paripurna, sedangkan kemenangan oleh “mamon”
bersifat sementara dan berakhir derita. Banyak contoh untuk hal yang disebutkan
terakhir ini. Lihat saja para koruptor yang berhamba pada “mamon”, hidup mereka
bergelimpangan harta duniawi, tetapi itu hanya sementara saja, bahkan ketika
mereka masih di dunia ini pun, pintu penjara terbuka lebar menanti mereka di
sana. Alhasil, sengsara di dunia, sengsara pula di akhirat. Mudah-mudahan ada
“pertobatan” yang boleh menyelamatkan orang-orang (mungkin termasuk diri kita)
dari murka Allah yang diciptakan oleh diri manusia itu sendiri. Sebab Allah itu
dari hakekatnya adalah kasih.
Kasih merupakan sifat dari Tuhan
yang harus ada dalam diri kita, sehingga kita mampu mencurahkan KASIH itu
kepada sesama manusia dan juga kepada Tuhan. Tuhan sangat senang apabila kita
memperlakukan-Nya sebagai KEKASIH kita yang setia. Tuhan selalu sangat setia
dan kasih kepada manusia, hanya manusia yang sering tidak setia dan tidak kasih
kepada Tuhan. Tuhan juga sangat senang dan ingin agar kita mengikuti
kehendak-Nya, sesuai yang diajarkan dalam Kitab Suci.
Tuhan sangat senang dan ingin agar
kita SETIA kepada-Nya, baik dalam suka maupun duka. KESETIAAN dan KASIH harus
dinyatakan melalui kesamaan atau
kesatuan antara pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan. Nyatakan kebaikan dan
kemurahan hati Tuhan yang telah dilimpahkan atau diberikan kepada kita agar
sesama manusia ciptaan-Nya juga menjadi yakin dan percaya kepada-Nya, biar
semata-mata nama Tuhan yang dimuliakan!
Nama Tuhan hendaknya selalu
dimuliakan dan tetap dimuliakan oleh segenap umat manusia. Kemuliaan nama Tuhan
itu pun bergema di seluruh penjuru bumi hingga akhir zaman. Inilah tugas
pastoral yang diemban bersama antara kaum berjubah (klerus) dan umat Allah.
Berbagai strategi pastoral diterapkan agar nama Tuhan selalu dimuliakan oleh
segenap umat Allah yang sedang berziarah di muka bumi ini. Tak ketinggalan juga
dengan umat Allah Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae, Kevikepan Bajawa,
Keuskupan Agung Ende.
Umat Allah di paroki yang pada tahun
2015 akan merayakan 75 tahun karya
pastoral, adalah himpunan orang-orang beriman yang percaya dan sedang berziarah
menuju “Tanah Terjanji”. Dalam perziarahannya di muka bumi, dalam hal ini di
wilayah Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae terdapat berbagai bentuk karya
pastoral yang telah dan akan dilakukan bersama-sama antara para imam, diakon,
suster, bruder, frater dan para umat terbaptis di bawah kegembalaan seorang
uskup dan para klerus pembantunya.
Pastoral sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari keberadaan umat Allah di Paroki St. Fransiskus Boawae
hendaknya dijalankan melalui model atau pendekatan yang lebih kreatif. Pastoral
dengan pendekatan yang lebih kreatif atau disingkat pastoral kreatif adalah
suatu conditio sine qua non (sesuatu
kondisi yang harus terjadi) di tengah umat Allah pada zaman yang terus bergerak
maju. Pastoral kreatif harus menjadi model alternative untuk menggairahkan iman
umat. Pertanyaannya, seperti apakah model pastoral kreatif itu? Bagaimana cara
agar model pastoral kreatif dapat berjalan sehingga nama Tuhan tetap dipuji dan
dimuliakan?
Pastoral kreatif sesungguhnya telah
dilaksanakan di Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae sudah sejak lama bahkan
sejak paroki ini berdiri. Paling tidak pada tahun 1999-2001, ketika penulis
berada di tengah-tengah umat Allah di paroki ini, model pastoral kreatif sudah
sering dipraktekan di paroki ini. Pastoral kreatif yang dimaksud di sini adalah
suatu model pendekatan terhadap diri kaum muda katolik di wilayah paroki dengan
menggali dan mengembangkan minat dan bakat yang beraneka ragam dalam diri kaum
muda, dalam hal ini anak-anak dan remaja. Tentu saja berbagai minat dan bakat
yang beraneka ragam itu terpadu dalam semangat untuk memuliakan nama Tuhan. Bakat-bakat
yang dimiliki oleh kaum muda di paroki ini tidak hanya digali tetapi juga
dipergunakan sebaik-baiknya untuk kemuliaan nama Tuhan dan kemajuan
perkembangan iman umat.
Gedung patronat dan halaman Gereja
Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae telah menjadi lokus sekaligus “saksi”
berbagai aksi kaum muda Katolik dalam mengembangkan bakat-bakat mereka. Mulai
dari pergelaran seni suara, seni tari, seni teater, hingga seni bela diri dan olah
piker dan olah raga telah dipentaskan di atas “panggung” yang menjadi milik
umat Allah di paroki ini, bahkan boleh dicatat bahwa bukan hanya umat Katolik
tetapi umat Islam dan Hindu yang ada di paroki ini pun merasa memiliki
“panggung” kreativitas tersebut. Di dalam pastoral kreatif, pesan-pesan rohani
atau pun pewartaan Kabar Gembira atau “evangelisasi” dapat terjadi dengan
sangat baik. Wajah ramah Allah dapat dengan mudah menyapa siapa saja tanpa
membeda-bedakan suku dan warna kulit. Inilah yang dikehendaki oleh Kristus,
sang sumber inspirasi hidup umat beriman. Bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan
oleh Yesus Kristus itu harus dihadirkan hic
et nunc (sekarang dan di sini), di Boawae, “tempat air kehidupan” itu
mengalir tanpa henti kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Pastoral kreatif dapat menghadirkan
“Boawae”, tempat air kehidupan itu bagi semua orang, agar nama Tuhan tetap
dimuliakan. Apa yang dilakukan melalui pendekatan pastoral kreatif adalah upaya
untuk menghadirkan “Boawae” yang autentik, yang nyata bagi banyak orang bahwa
di Boawae juga nama Tuhan selalu dimuliakan sepanjang segala zaman.
Cara melakukan model pendekatan
pastoral kreatif tidaklah sulit jika ada kemauan dan komitmen bersama semua
pihak (klerus dan umat Allah). Hal ini menjadi penting karena model pastoral
kreatif akan selalu menemukan caranya yang terbaik, teramah seperti ketika
Kristus bekerja mewartakan KASIH ALLAH di tengah-tengah dunia.
Sebagai akhir dari tulisan sederhana
ini, penulis menitipkan tujuh langkah
konkret yang dapat kita jalankan setiap hari agar PASTORAL KREATIF yang dijalankan
bersama antara klerus dan umat Allah pun beroleh anugerah dari Allah, karena
Allah sendiri telah berjanji dan Ia pun setia pada janji-Nya bahwa ...semua
yang kita butuhkan dalam hidup ini akan ditambahkan kepada kita, bila kita
mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya!
1.
Jadikanlah setiap hari menjadi
hari terbaik bagi diri kita
dan orang di sekitar kita!
(Always
making today my best day: “Inilah
hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita
karenaNya! (Mazmur 118:24).
2. Banggalah
tetapi janganlah menjadi sombong terhadap setiap pekerjaan yang telah
diselesaikan dengan baik! (Taking pride in a job well done): “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya
melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. AKU berkata kepadamu:
Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya“ (Lukas 12:43-44).
3. Perlakukanlah
orang lain dengan rasa hormat! (Treating others with respect) : “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap
yang lain, penuh KASIH mesra dan saling mengampuni, sebagaimana ALLAH di dalam
KRISTUS telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32).
4. Buanglah
semua pikiran negatif yang ada dalam diri kita!
(Isolating
my negative thoughts): “Damai
sejahtera ALLAH, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu
dalam Kristus YESUS” (Filipi 4:7).
5. Jalankan
tugas sebagai kesempatan untuk memuliakan ALLAH! (Treating tasks as opportunities):
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan,
tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam TUHAN. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak
terang” (Efesus 5:8).
6. Gunakanlah
talentamu setiap hari! (Utilizing my talents everyday): “Karena setiap orang yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya. Dan
campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Matius 25:29-30).
7. Lakukanlah hal-hal yang benar sejak awal! (Doing
the job right the first time):”Jadikanlah
dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh” (Titus 2:7).
Ad multos annos Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae!
Selasa, 30 September 2014
KAPELA MATER DOLOROSA NAGERAWE
DATANGLAH....KAMI MENANTI
Sabtu, 13 September 2014 merupakan sebuah momen sejarah perjalanan iman
umat Stasi Santa Maria Dolorosa Nagerawe yang sudah begitu lama menantikan
kehadiran sosok yang mereka rindukan selama berpuluh tahun lamanya. Kali ini adalah Yang
Mulia Mgr. VINSENSIUS SENSI POTOKOTA, Pr. Sekitar 59 tahun yang lalu,
tepatnya 1955 Seorang Polandia Yang Mulia
Uskup Mgr. ANTONIUS TEISEN,SVD pernah
mengunjungi umat Nagerawe, yang dulu bernama Malapaubhara tepatnya di kampung
Wolobode.
Begitu tinggi
antusias umat dalam menantikan uskup yang mereka rindukan, tak gubris teriknya
sang surya yang menyengati sekujur tubuh, tak merasakan lelah raga yang membuat
mereka surut dalam mempersiapkan segalanya sampai saatnya segala rasa lelah
terobati, jiwa yang hampa dipenuhi, raga yang lelah disegarkan dengan kehadiran
Yang Mulia Mgr VINSENSIUS SENSI
POTOKOTA,Pr. “Leza miu……...” begitu sapaan uskup Mgr. VINSENSIUS SENSI POTOKOTA,Pr untuk umat stasi Santa Maria
Dolorosa Nagerawe. Senyum manis terukir dari bibir sang uskup serta tak
tertahankan sebagian umat terutama mereka yang telah berumur 60an tahun
meneteskan air mata kebahagiaannya, karena teringat oleh mereka 50an tahun lalu
mereka pernah bertemu uskup walaupun mereka datang dari berbagai kampung yang
jaraknya begitu jauh. Stasi Mater
Dolorosa Nagerawe. Mater Dolorosa yang berarti “Maria yang berukacita.” SELAMAT DATANG USKUPKU………….
Langganan:
Postingan (Atom)