Selasa, 30 September 2014

KAPELA MATER DOLOROSA NAGERAWE



                              DATANGLAH....KAMI MENANTI




















      Sabtu, 13 September 2014 merupakan sebuah momen sejarah perjalanan iman umat Stasi Santa Maria Dolorosa Nagerawe yang sudah begitu lama menantikan kehadiran sosok yang mereka rindukan selama berpuluh tahun lamanya. Kali ini  adalah Yang Mulia Mgr. VINSENSIUS SENSI POTOKOTA, Pr. Sekitar 59 tahun yang lalu, tepatnya 1955 Seorang Polandia Yang Mulia Uskup Mgr. ANTONIUS TEISEN,SVD pernah mengunjungi umat Nagerawe, yang dulu bernama Malapaubhara tepatnya di kampung Wolobode.
        Begitu tinggi antusias umat dalam menantikan uskup yang mereka rindukan, tak gubris teriknya sang surya yang menyengati sekujur tubuh, tak merasakan lelah raga yang membuat mereka surut dalam mempersiapkan segalanya sampai saatnya segala rasa lelah terobati, jiwa yang hampa dipenuhi, raga yang lelah disegarkan dengan kehadiran Yang Mulia Mgr VINSENSIUS SENSI POTOKOTA,Pr.Leza miu……...” begitu sapaan uskup Mgr. VINSENSIUS SENSI POTOKOTA,Pr untuk umat stasi Santa Maria Dolorosa Nagerawe. Senyum manis terukir dari bibir sang uskup serta tak tertahankan sebagian umat terutama mereka yang telah berumur 60an tahun meneteskan air mata kebahagiaannya, karena teringat oleh mereka 50an tahun lalu mereka pernah bertemu uskup walaupun mereka datang dari berbagai kampung yang jaraknya begitu jauh. Stasi Mater Dolorosa Nagerawe. Mater Dolorosa yang berarti Maria yang berukacita.”  SELAMAT DATANG USKUPKU………….
       





KISAH MEMILUKAN " CINTA SEORANG ANAK KEPADA IBUNYA



          

                 "KISAH MEMILUKAN " CINTA SEORANG ANAK KEPADA IBUNYA"



Seorang janda miskin Siu Lan punya anak umur 7 tahun bernama Lie Mei. Kemiskinan membuat Lie Mei harus membantu ibunya berjual kue dipasar, karena miskin Lie Mei tidak pernah bermanja-manja kepada ibunya.

Pada suatu musim dingin saat selesai bikin kue, Siu Lan melihat keranjang kuenya sudah rusak dan Siu Lan berpesan pada Lie Mei untuk nunggu dirumah karena ia akan membeli keranjang baru.

Saat pulang Siu Lan tidak menemukan Lie Mei dirumah. Siu Lan langsung sangat marah. Putrinya benar-benar tidak tau diri, hidup susah tapi masih juga pergi main-main, padahal tadi sudah dipesan agar menunggu rumah. Akhirnya Siu Lan pergi sendiri menjual kue dan sebagai hukuman pintu rumahnya dikunci dari luar agar Lie Mei tidak dapat masuk. Putrinya mesti diberi pelajaran, pikirnya geram.

Sepulang dari jual kue Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak didepan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Jeritan Siu Lan memecah kebekuan salju saat itu. Ia menangis meraung2, tetapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera Siu Lan membopong Lie Mei masuk kerumah. Siu Lan mengguncang2 tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.

Tiba2 sebuah bingkisan kecil jatuh dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu dan membuka isinya. Isinya sebuah biskuit kecil yg dibungkus kertas usang dan tulisan kecil yang ada dikertas adalah tulisan Lie Mei yang berantakan tapi masih dapat dibaca,

"Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama, aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah, uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun".