Sabtu, 01 Maret 2014

RABU ABU DAN MAKNA PUASA BAGI UMAT KATOLIK




Tidak terasa, sebentar lagi umat Katholik akan kembali merayakan hari raya Rabu Abu yang jatuh pada tanggal 5 Maret 2014. Rabu Abu yang merupakan awal dari masa berpuasa dan berpantang selama 40 hari bagi umat Kristiani utamanya umat Katholik, tentu harus dipandang sebagai masa untuk memperbaiki, merenung, dan meresapi atas perjalanan hidup selama ini dan menjalani serta memikul salib kehidupan bersama-sama dengan Yesus.
Pada masa puasa dan pantang ini, umat Katholik tidak hanya dituntut untuk berpuasa dan berpantang, namun juga menjadi lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Adalah memprihatinkan jika kita hanya menjadi baik pada masa puasa dan pantang, dan kembali berbuat tercela atau jatuh ke dalam pencobaan seusai ritual suci tersebut.
Memikul beban salib Kristus sendiri tidak hanya wajib dilakukan pada masa puasa dan pantang, akan tetapi juga harus dilakukan sepanjang hidup kita sebagai umat Nasrani. Sebagai umat Katholik kita dituntut untuk selalu berevolusi menjadi lebih baik lagi dari hari-hari kemarin, baik pada masa puasa dan berpantang, namun juga pada saat sesudahnya.
Diakui, tidak mudah bagi kita semua untuk berevolusi menjadi lebih baik lagi, jangankan untuk menjadi lebih baik, sekedar berpantang dan berpuasa saja bagi sebagian orang sudah sangat berat. Padahal kita tidak dituntut untuk melakukan ritual puasa penuh 40 hari seperti yang dilakukan oleh beberapa orang atau kumpulan tertentu pada umat Katholik.
Namun kita tetap harus mau tidak mau untuk berusaha menjadi lebih baik dan jauh lebih baik lagi. Kalau tidak janji baptis yang selalu diucapkan pada malam Paskah menjadi suatu kesia-siaan belaka. Tuhan meski tidak marah saat kita jatuh ke dalam pencobaan, namun Dia mengharapkan agar kita bisa bangkit kembali dan berusaha untuk memperbaiki diri serta tidak putus asa terhadap cobaan hidup yang terus mendera.
Karena keputusasaan adalah awal dari kejatuhan iman, dan kejatuhan iman akan menyeret seseorang jatuh ke dalam jurang dosa yang tidak bertepi. Harus dipahami bahwa hidup itu adalah perjuangan. Dan di dalam berjuang mengarungi kehidupan ini, kita harus menghadapi berbagai pencobaan yang tidak kecil dan tidak sedikit.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Nasrani, terlebih umat Katholik, dituntut untuk selalu berusaha, berjuang dan beriman meski berbagai cobaan hidup datang mendera. Dengan berjuang di dalam kuasa nama Nya, niscaya tidak ada masalah yang tidak dapat dihadapi. Karena Tuhan tidak pernah memberikan cobaan kepada umat Nya yang lebih berat dari yang umat Nya mampu hadapi.
Selamat Berpuasa,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar